12.2.13

This phenomenon is called miss, revealed in the far corner in the chest. Overview of course I felt it again.


Hello everyone, welcome back with me..
This time I will present an article that seems to me is a poem about my longing to someone in my past. He was what I call a true love. And you know what? We always look at the sky with blue in the middle of the beautiful world. But unfortunately one day love to go, it's sad for me.
It makes a big hole in the heart.


Bandung, 26 Januari 2013
Cinta adalah bangku-bangku kayu sekolah. Dunia putih abu,begitu aku menyandangnya. Dibalik buku buku matematika. Disetiap rak rak tinggi perpustakaan, kutemukan senyummu disana.
Lalu kucuri hatimu.
Yang kupegang hatinya,yang kumiliki jiwanya. Yang aku adalah darahnya dan dia adalah nadiku. Yang tidak bersembunyi disetiap kepiluanku,yang kehadirannya mampu membuat bunga-bunga tumbuh bukan hanya di taman tetapi juga di hati. Tangan-tangan lembut yang menyibak rindu di setiap kesengitan hidup.
Kamu, puncak segala teduh.
Kamu,alinea-alinea baru dalam hidup.
Yang mampu membuat matahari dan rembulan itu mendidih menjadi rindu. Sayang, aku dapat melihatmu membawa lagu-lagu dari bebukitan pinus yang kehadirannya paling hendak ku kecup.
Kemudian kurebut cintamu bersama pagi dan segala keindahannya.

Tiga tahun ilalang berkalung embun itu di tangan kita, mewiridkan sajak-sajak di setiap bougenville warna-warni.
Ah, masih ingatkah kau akan celotehku tentang rembulan yang kau cium? Bahkan obrolan serius tentang masa depan. Oow, aku merindukan semuanya. Catatan catatan pena biru yang tertinggal di rumah nenekmu, lagu-lagu menggemaskan yang penuh haru, dan cumbuan kecil yang menghujani wajahku.
Sampai titik itu tiba setelah matahari dikerubungi semak, di tengah-tengah lipatan waktu, aku meninggalkanmu dalam gigil. Lelaki dalam kamuflase musim semi, aku mencintaimu.
Kau bilang aku melemparmu ke tepi malam. Lalu kau tuduh aku mematahkan sketsa kepakan sayap-sayap merpati. Hingga akhirnya  kau pun ikut menghilang tertelan entah apa namanya.  Simfoni jingga yang terpotret abadi di angkasa itu kau lupakan. Lalu aku tak pernah tahu kau dimana. Atau mungkin kau sedang menjelma menjadi  kegetiran bunga krisan.
 Kau tak akan pernah benar-benar merasa kehilangan sampai kau sendiri mengalaminya.
Aku ingin menciummu. Minum arak bersamamu.
Sekarang aku menagih seperti para pemabuk, compang-camping menghampiri matahari. Sakitku membusuk pada gelisah dalam satu suguhan Tuhan.
Dan aku kangen di ruang kelas yang bisu

Fenomena ini disebut rindu, terkuak di bagian pojok jauh didalam dada. Sekilas saja aku merasakannya lagi.












No comments: