Awan..
Menikung senja tak memikirkan poros yang sedang berwarna.
Bahkan angin tak pasti mempedulikannya.
Entah berarak kembali ke awal, atau terbentur di puncak-puncak kesepian.
Namun saat ini langit tengah memperhatikannya.
Menikmati setiap perubahan cuaca.
putih…
atau kelabu..
dengan segenap tumpahan gores yang tak pernah bisa ditakar
Memberi pertanda tentang sebuah pengharapan yang perlahan memudar..
karena..
Awan..telah terbang bersama angin yang tenang..
Kalau saja awan berbentuk bundar,
atau persegi,
atau jajar genjang,
atau apa saja yang bentuknya pasti..
Mungkin akan ada saat dimana langit menjatuhkan pilihan untuk mengepungnya menjadi satu bagian.
Namun,
awan hanya benda elastis,
yang setia mendamba angin untuk membawanya menjadi apa saja ,menjelma menjadi apa saja,
seakan tak pernah ada sosok awan yang nyata untuk ditatap lekat-lekat..
dan awan akan tetap menjadi bayang-bayang yang kekal..
untuk tak pernah disebut namanya, sekalipun dihirup bau napasnya..
berlalulah awan..
yang menggantungkan sepasang inisial di bawah purnama.
menerka bahwa mereka..
telah masing-masing meminum cairan bening dari matanya.
sampai suara kaleng itu membangunkanku pada langit berlapis tujuh,
pada malam yang menjemputnya tanpa awan,
malam ke tiga setelah aku kelelahan karena cahaya televisi yang menyala,
menyuara tanpa didengar pun satu telinga.
pikirnya ada karma,
begitu kata gagak yang menyeringai.
tapi karma hanya panorama,
gagak salah kata
bukan sesuatu yang menggenang pada kuasnya.
apakah langit terlihat bersedih malam ini?
bukan kesedihan,
hanya nestapa yang tersenyum
sebab mengumul di bibirnya segumpal cat
hingga seluruh wajahnya pucat.
akhirnya langit memberi saksi,
bahwa awan untuk kesekian telah lenggang.
menghela jauh segumpal putih dengan tangannya yang lemas
bahkan terpejam pada tidurnya yang tidak pulas.
2 comments:
nice words
thanks :)
Post a Comment