Dalam hati, selalu saja ada tanya. Apa kabar kau di sana?. Terus saja ada harap, semoga kau selalu baik-baik saja.
Tanya dan harap itu yang kemudian membawaku pulang kembali.
Sebelum aku pulang......
Pernah kubilang, sesekali lihatlah keluar dari balik jendela yang menutupi wajahmu.
Sebab aku rindu. Rindu pada bayang wajahmu. Pada senyum dan tawa ceriamu.
Dan ketika kau keluar, aku tak benar-benar bisa memandang senyummu. Sebab aku masih saja terlelap, memeluk mimpi-mimpiku yang semu.
Sebelum aku pulang......
Pernah pula kubilang, cobalah pandang rembulan, menyapa malam berhias bintang gemintang yang menggenapi keindahan yang dimiliki dunia.
Bulan yang sama, yang pernah mengantarkan senyummu padaku lewat sinar temaramnya.
Ketika bola matamu yang bening sebening purnama memandangnya, aku sedang asyik merangkul kembang tidur dan mendengkur.
Kala pagi menjelang, ketika tetes bening embun berayun di pucuk dedaunan. Aku mengendap-endap menyembunyikan langkah, sekedar ingin memandangmu meski sekejap. Ya, agar bisa kulihat senyum yang melengkapi sinar matamu yang teduh tanpa kau merasa terganggu.
Barangkali benar, langkah itu terasa semakin jauh tak terdengar lagi asa-asa yang dulu selalu menyediakan tempat untuk jeda sejenak.
Pernah aku meragu, jalan mana yang musti aku tempuh. Arah mana yang harus aku tuju. Lalu, kemana lagi sekarang?
Maka kuputuskan untuk ku kembali pulang. Kutemukan kau tak lagi peduli dengan sedih, dan kau telah melupakannya.
Kusesapi saja kopi hangat ini sembari duduk manis menatap ke luar dari balik jendela, menatap nyata.
Sebelum waktu benar-benar pergi meninggalkanku. Sebelum kedua kakiku terasa ngilu sekedar untuk berdiri. Sebelum kau terbangun dan memulai harimu kembali, aku akan pergi lagi mengejar matahari. Tunggu aku pulang kembali...................
Dan kisah ini akan kumulai dari sini.
No comments:
Post a Comment